MENTAL PENULIS ALA BU DITTA
MENTAL PENULIS ALA BU DITTA
Waktu
: Jumat, 22 Januari 2021
Materi
: Mental Seorang Penulis
Narasumber:
Ditta Widya Utami, S.Pd.
Moderator
: Sucipto Ardi, S.Pd
Assalamualaikum.Wr.Wb
Alhamdulillah…atas
nikmat Allah saya dapat bersilaturohim via on line WAG kelas belajar menulis Om
Jay- PGRI di gelombang 17. Kelas yang kece, kereen dan mantap saling memberikan
semangat dalam menulis. Dunia baru di era pandemi yang saya ikuti dan akhirnya
ku sayang, ya….belajar menulis. Sejak bergabung di group menulis saya belajar
menuliskan apa yang pernah saya alami walaupun dengan bahasa yang sederhana.
Pada malam ini kebetulan pertemuan ke-9 dihadirkan narasumber
cantik, keren, cerdas dan smart berprestasi lagi. Dalam bidang menulis, beliau
sudah banyak pengalamannya. Didampingi moderator cakap dan mumpuni, bapak
Sucipto, S.Pd. Seperti biasa acara dimulai pukul 19.00 WIB dibuka dengan bacaan
basmalah. Dilanjutkan pada sesi kedua yaitu perkenalan dan pemaparan materi
oleh Ibu Ditta
Malam hari ini tema belajar menulisnya “Mental Seorang Penulis”. Menjadi
penulis tidaklah sulit, yang sulit adalah kesungguhan atau keistiqomahan dalam
menulis. Setidaknya jika kita menulis maka harus rajin membaca. Ibu Ditta
alumni dari kelas menulis Om Jay juga, karyanya sudah luar biasa 4 buku solo
dan 10 buku antologi. Dengan menulis menurut beliau membuat alam pikir kita
menjadi fresh atau plong.
Pertemuan malam ini mengambil tema tentang “mental seorang penulis”,
artinya untuk menjadi penulis harus memiliki mental atau kebiasaan yang sudah
mengakar dalam tubuh. Ada beberapa mental yang harus dimiliki seorang penulis
menurut bu Ditta, diantaranya:
1.
Siap
konsisten
Konsisten
dalam bahasa jawa “ajeg” dalam bahasa Arab artinya “istiqomah”. Konsisten di
sini artinya seorang penulis secara rutin menulis setiap hari. Sebagaimana yang
diungkapkan Om jay” Menulislah Setiap Hari Buktikan Yang Terjadi”. Mengapa
harus rutin? Kebiasaan menulis yang dilakukan setiap hari jika dilakukan secara
rutin, maka akan mengakar dalam tubuh kita. Bahkan menulis akan menjadi suatu
kebutuhan.
2.
Siap
Dikritik
Jika
kita menulis status, baik di W.A , Fb twitter atupun medsos yang lain, maka
tulisa kita bersifat umum dan bisa dibaca oleh masyarakat luas. Begitu juga
tulisan yang setiap hari diposting di blog. Maka penulis harus siap dikritik,
baik kritik yang bersifat membangun & produktif ataupun kritik yang
menjatuhkan. Kritik ini akan melengkapi tulisan-tulisan kita untuk menjadi
lebih baik lagi. Oleh karena itu kita perlu menyiapkan mental baja atas kritik
dan saran dari pembaca.
3.
Siap
Belajar
Jika
seorang penulis sudah memiliki jiwa konsisten dalam menulis dan siap menerima
kritik ataupun masukan dari pembaca, maka harus siap belajar. Belajar untuk
menulis merupakan satu kesatuan, agar tulisan kita bergizi. Dengan cara apa?
Belajar tidak ada batas usia dan tidak harus dibangku sekolah. Bagaimana caranya?
a.
Melakukan
Riset
Mengadakan
riset atau penelitian yang berkaiatan dengan materi yang ditulis. Misalnya
berkunjung ke toko buku, melihat dan membaca buku yang best seller,
bagaimana kriterianya, ke perpustakaan dan mensurvey buku apa yang diminati
oleh pengunjung. Atau kita bisa membaca google trend atau tema-tema apa yang
baru daun daun dan diminati pembaca. Cara seperti ini dapat dilakukan dengan
cermat kemudian dilanjutkan untuk menyusun buku ataupun tulisan.
b.
Memperbanyak
membaca
Mneingkatkan
kebiasaan membaca buku, referensi bisa yang digital ataupun yang berupa buku.
Membaca berita online, atau membaca di medsos juga penting dilakukan agar kita
tidak ketinggalan berita. Bisa update data dalam setiap saat. Dengan
banyak membaca maka perbendaharaan kosa kata menjadi meningkat. Diharapkan
ketika menulis dapat menggunakan diksi yang sesuai.
4. 4. Siap
di Tolak
Hasil tulisan yang posting dimedsos maka akan dibaca oleh pembaca
yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat, dengan pendapat yang berbeda.
Oleh karena itu hasil tulisannya siap ditolak atau tidak disetujui oleh
pembaca. Selain itu penulis yang rajin kemudian tulisannya akan diajukan di
penerbit dan ditolak maka, pental seorang penulis tidak boleh patah semangat.
Justru ketika tulisan kita ditolak penerbit maka semangat menulis harus lebih
tinggi lagi. Adanya penolakan ini berarti kita harus siap belajar memperbaiki
tulisan.
5. 5. Siap
Menjadi “UNIK”
Menulislah apa yang kita sukai dan yang kita kuasai agar kita
berhasil dalam menulis. Jika menulis tapi kita tidak paham apa yang kita
tuliskan maka rasanya hambar tanpa garam. Berbeda lagi, jika tulisan yang
dituangkan ini merasal dari hati dan kita kuasai materinya, maka bacaannya
menjadi mantap. “Just Your Self” jadilah diri sendiri, setiap penulis mempunyai
gaya dan karakter penulisan yang berbeda. Adanya ciri khas dalam tulisan ini
akan membawa penulis menjadi hebat, karena mempunyai ciri khas yang tersendiri.
Contoh Asma Nadia seorang penulis novel Islami, Khilma Anis seorang penulis
novel yang berlatar belakang pesantren.
Seorang penulis yang hebat hendaknya bermartabat, menulislah dari hati agar berprestasi. Mental menjadi penulis penting untuk kita lakukan agar penulis pemula menjadi bermental baja. Sebagai kata penutup bu Ditta tetaplah menulis, dan tulislah apa yang kita sukai dan kuasai. Tulisan kita sekarang akan menjadi penyemangat kita di masa yang akan datang.
Tak terasa pukul 21.00 WIB sudah dilalui bersama, belajar menulis
pada mala mini ditutup oleh moderator dengan membaca hamdalah bersama. Semoga
kita tetap mau belajar menulis dan membaca.
Wassalam wr. Wb
Salam literasi
Semoga kita sehat selalu dan istiqomah dalam belajar membaca dan
menulis
Komentar
Posting Komentar