HYPNOTIC LANGUAGE PATTERNS
HYPNOTIC LANGUAGE PATTERNS
Public Speaking For Teacher (4)
Pertemuan
keempat pada acara belajar berbicara PGRI atau yang dikenal dengan “Public
Speaking For Teacher” ini dimulai pukul 19.00 WIB. Peseta mulai banyak
berdatangan dan gabung di zoom meeting hampir 100 peserta. Malam ini
materi disampaikan oleh Asep Herna yaitu tentang “Hypnotic Language
Patterns”. Beliau seorang trainer dalam bidang pendidikan yang berhasil
membuat peserta terhipnotis dan terpengaruh untuk menjadi lebih baik.
Seorang
public speaking yang baik hendaknya memahami beberapa hal, yaitu:
1.
Memahami
mental manusia
Artinya sebelum
berbicara kepada orang lain maka kita memahami mentak, karakter dan kemampuan
yang kira-kira dimiliki oleh lawan bicara kita.
2.
Mampu
memahami tentang hypnotic language patterns.
Yaitu kemampuan
memahami teknik-teknik menggerakkan audien atau peserta dengan bahasa verbal.
3.
Mampu
memahami tentang teknik menggerakkan audien atau peserta dengan bahasa non
verbal.
Ketika manusia sedang berkomunikasi maka ditentukan oleh bagaimana
cara seorang manusia menyampaikan pesan yang akan disampaikan kepada orang
lain. Komunikasi dapat efektif apabila menyentuh rasa atau emosi seseorang. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Jim Rhon yaitu, Efektivitas
kominikasi 20% berdasarkan pada yang anda tahu, dan 80% berangkat dari apa yang
anda rasakan. Hal ini berarti kemampuan berbicara sesorang juga dipengaruhi
oleh apa yang pernah dirasakan oleh seorang pembicara.
Komunikasi dinilai efektif apabila
pembicaraan atua komunikasi antar manusia ini menyentuh rasa emosional orang
lain, dari pada aspek rasionalitas. Rasa rasionalitas harus disublimasikan
kepada rasa emosionalitas. Seorang pembicara (guru) harus mampu mengemas atau
menyampaikan pesan yang rasional dan mampu menyentuh perasaannya lawa bicara
kita atau audien.
Contoh: Jika guru akan menyampaikan
bahaya merokok, maka bahaya merokok disampaikan secara rasional. Hal ini akan
dipahami audien hanya 1-2 jam saja, setelah acara maka peserta akan kembali
kepada rokoknya lagi. Tetapi jika guru atau pembicara menyampaikan bahaya
merokok dengan menyentuh perasaan atau emosi audien bisa dinasehati dengan
ramah maka bisa berhenti total. Nasehatnya bisa menggunakan contoh-contoh yang
baik, kejadian-kejadian nyata yang dapat mengunggah perasaan. Kejadian ini
biasanya digunakan oleh ahli psikologi atau psikiater dalam menangani suatu
masalah pasien.
Ada beberapa hal yang harus kita
ketahui agar manusia mampu mengolah informasi dengan baik, yaitu:
1.
Concious
mind, dalam diri manusia terdapat 12 % domain dalam tindakan manusia
Artinya
memperhatikan logis, rasional, sistematik, hitam putih (prinsip benar-salah)
atau memori jangka pendek
2.
Subconscious
Mind (88% dominasi terhadap tindakan
manusia)
Sesuatu yang berhubungan dengan
logis, rasional, sistematik, hitam putih (prinsip benar salah), tidak mengenal
nilai, gudang memori
Tipe
Sugestibilitas Audience
Menurut Standford Hypnotic Scale
(SHSC) tingkat kemampuan manusia menerima saran dibagi menjadi 3 kelompok.
1.
Kelompok
pertama, orang yang mudah disugesti
mempunya populasi sebanyak 10%
2.
Kelompok
kedua, orang moderat, termasuk tidak sulit dan tidak mudah, pupulasinya
mencapai 85%
3.
Kelompok
ketiga, tipe sulit untuk disugesti yaitu 5% (paling sedikit)
Seorang guru hendaknya mengetahui karakteristik
siswa, latar belakang, gaya belajar atau ciri khas, hoby atau hal yang lainnya.
Hal ini dapat membantu guru dalam mensugesti siswanya menjadi lebih baik.
Pobia yang dimiliki siswa dapat dihilangkan
dengan cara memberikan edukasi kepada dirinya atau diri kita sendiri sebanyak
minimal 3 kali dengan membuat afirmasi.
Ada beberapa pola bahasa hypnotic,
yaitu:
1.
RHYMING
Pemakaian rima
yang konsisten, mampu menghipnotis dan membius audien memasuki trance. Pemakain
rima ini penting, sebagaimana yang ada di kitab suci. Mantra jawa juga akrab
dengan rima.
Pemilihan kata
dan permainan bunyi huruf vocal hendaknya diperhatikan dalam pola berbahasa
hypnotic yang biasa dikenal dengan asonansi. Adanya berbagai permainan
(aliterasi) berbahasa sangat mendukung dalam pemakian rima.
2.
Repetisi
Pengulangan
kata, kalimat ataupun frase adalah alat yang efektif untuk trance. Misalnya
seorang bung karno seorang orator ulung juga sering memakai repitisi. Repitisi
ini hendaknya diulang-ulang minimal 3 kali, agar dapat menjadi suatu realitas.
Hitler pernah
berkata:”betapapun sebuah data diragukan kebenarannya, saat disampaikan
berulang-ulang maka akan dianggap sebagai sebuah kebenaran”
Oleh karena itu
ketika guru sedang berbicara kepada siswanya repetisi ini penting, agar yang
kita sampaikan dapat dipahami oleh siswa.
3.
Pola
Klimaks dan Anti Klimaks
Pola pemikiran
manusia bawah sadar ini juga sangat efektif bermain dalam intensi audien.
4.
Asosiasi
Penggunaan
majas dalam menyampaikan pesan berpotensi bagus, agar pesan mudah dimengerti
oleh audien. Baik berupa metafora, personifikasi maupun analogi. Penggunaan
aosiasi ini efektif langsung masuk ke dalam pikiran bawah sadar tanpa filter
critical factor terlebih dahulu.
Contoh
matafora:Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit kalau kau jatuh, kau jatuh
diantara bintang-bintang
5.
Quote
Kalimat menjadi
kuat powerfull ketika menggunakan quote.
6.
Eksplorasi
kata benda
7.
Present
tense
Gunakan penanda
keterangan waktu sekarang, hindari kata-kata “akan”, “bakal”, “nanti”, “kapan”,
dan sejenisnya. Karena kata-kata ini
bermakna sesuatu yang tidak akan mungkin terjadi atau masih
angang-angan.
8.
Kata
Negasi Versus Positif
Pikiran bawah
sadar manusia tidak mengenal kata”tidak”, “tak”, “nggak”, “jangan” dan kata
negasi lainnya. Maka ubahlah kalimat nagasi dengan afirmasi atau pernyataan
positif.
9.
Sebab-akibat
Eksplorasi
kalimat, momen, adegan dengan format sebab-akibat atau sebaliknya, untuk
memancing kepercayaan subjek. Pikiran bawah sadar sangat peka dengan formulasi
kalimat seperti ini, bahkan ketika format “sebab akibat” ini tidak memiliki
hubungan yang logis.
10.
Double
Bind
Yaitu
mengkondisikan subjek, seolah-olah memiliki 2 pilihan. Padahal pada
kenyataannya subjek tidak memiliki pilihan, kecuali ide yang pembicara
tawarkan.
11.
Submodalitas
Teknik ini
sesuai ketika kita berbicara secara personal /individu bukan sebagai pembicara
pada peserta yang banyak jumlahnya (masal)
12.
Pacing
Leading
Yaitu menerima
dan mendukung apa yang dipikirkan, dikatakan dan diyakini oleh subjek, kemudian
dengan hati yang lembut menggiringnya untuk selaras dengan ide.
13.
Indirect
Suggestion.
Yaitu sugesti
yang umumnya diberikan klien dalam kondisi sadar normal atau light trance.
Teknik ini sangat pupuler berkat digunakan oleh Milton H. Erickson dalam
mengangani klien-kliennya.
Ketika
sedang berbicara dengan oranglain atau siswa kita maka penggunaan bahasa yang
menghipnotis sangat penting. Agar mereka memahami yang kita sampaikan dan
melaksanakannya dengan senang hati.
Materi
yang disampaikan oleh kang Asep ini kelihatannya sederhana, tetapi sulit untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya kita dibiasakan
berbicara dengan baik dan setiap perkataan adalah motivasi. Semoga acara pada
malam hari ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar